Teori difusi muncul karena berawal dari ketidak puasan dengan teori evolusi kebudayaan. Teori evolusi kebudayaan dipandang seolah dari jauh hanya memperhatikan atau menampakkan proses perubahan-perubahan bersifat besar yang terjadi dalam waktu yang panjang. Proses perubahan dalam waktu yang panjang disebut dalam Antropologi sebagai proses menentukan arah atau directional processes. Selain itu pada teori evolusi tidak mampu untuk menjawab persebaran suatu kebudayaan serta adanya suatu kontemplasi atau sebuah perenungan dari para ahli Antropologi untuk menciptakan suatu teori baru.
Ilmu paleoantropologi telah mempekirakan bahwa mahluk manusia terjadi di suatu daerah tertentu di muka bumi, yaitu di daerah sabana tropical di afrika timur, sedangkan sekarang makhluk itu menduduki hampir seluruh muka bumi dalam segala macam lingkungan iklim. Hal itu hanya dapat diterangkan dengan adanya proses pembiakan dan gerak penyebaran atau migrasi-migrasi yang disertai dengan proses penyesuaian atu adaptasi fisik dan social budaya dari makhluk manusia dalam jangka waktu beratus-ratus tahun. Ditinjau secara lebih teliti, maka kita dapat membayanngkan berbagai macam sebab dari migrasi itu. Ada hal-hal yang menyebabkan migrasi yang lambat dan otomatis, ada pula peristiwa-peristiwa yang menyebabkan migrasi yang cepat dan mendadak.
Bersamaan dengan menyebarnya dan migarasi kelompok-kelomok di muka bumi, turut pula tersebar unsur kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan ke seluruh penjuru dunia yang diebut dengan proses difusi, yang juga merupakan salah satu penelitian ilmu Antropologi diakronik. Berkat adanya teori difusi kita menjadi tahu penyebaran unsur-unsur budaya dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi, yang dibawa oleh kelompok-kelompok manusia yang bermigrasi. Terutama dalam zaman prehistoris, puluhan ribu tahun yang lalu, ketika kelompok mansia yang hidup dari berburu pindah dari tempat satu ketempat yang lain hingga jauh sekali, maka unsure-unsur kebudayaan yang mereka bawa juga di difusikan hingga jauh sekali.penyebaran unsure-unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa adanya perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa dari satu tempat ke tempat lain, tetapi disebabkan adanya individu-individu tertentu yang membawa unsure-unsur kebudayaan itu hingga jauh sekali. Mereka terutama pegang dan pelaut. Pada zaman penyebaran agama agama-agama besar, para pendeta agama Buddha, para pendeta agama Nasrani, dan kaum muslimin mendifusika berbagai unsur dari kebudayaan-kebudayaan dari mana mereka berasal, sampai jauh sekali. Terutama ilmu sejarahlah yang telah banyak memperhatikan cara penyebaran dari unsure-unsur kebudayaan oleh individu-individu tersebut.
Bentuk-bentuk difusi yang lain dan terutama mendapat perhatian ilmu antroopologi, adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang berdasarkan pertemuan-pertemuan antara idividu-individu dalam suatu kelompok manusia dengan individu-individu kelompok-kelompok teangga. Pertemuan-pertemuan antara kelompok-kelompok semacam tu dapat berlangsung dengan berbagai cara.
Ilmu paleoantropologi telah mempekirakan bahwa mahluk manusia terjadi di suatu daerah tertentu di muka bumi, yaitu di daerah sabana tropical di afrika timur, sedangkan sekarang makhluk itu menduduki hampir seluruh muka bumi dalam segala macam lingkungan iklim. Hal itu hanya dapat diterangkan dengan adanya proses pembiakan dan gerak penyebaran atau migrasi-migrasi yang disertai dengan proses penyesuaian atu adaptasi fisik dan social budaya dari makhluk manusia dalam jangka waktu beratus-ratus tahun. Ditinjau secara lebih teliti, maka kita dapat membayanngkan berbagai macam sebab dari migrasi itu. Ada hal-hal yang menyebabkan migrasi yang lambat dan otomatis, ada pula peristiwa-peristiwa yang menyebabkan migrasi yang cepat dan mendadak.
Bersamaan dengan menyebarnya dan migarasi kelompok-kelomok di muka bumi, turut pula tersebar unsur kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan ke seluruh penjuru dunia yang diebut dengan proses difusi, yang juga merupakan salah satu penelitian ilmu Antropologi diakronik. Berkat adanya teori difusi kita menjadi tahu penyebaran unsur-unsur budaya dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi, yang dibawa oleh kelompok-kelompok manusia yang bermigrasi. Terutama dalam zaman prehistoris, puluhan ribu tahun yang lalu, ketika kelompok mansia yang hidup dari berburu pindah dari tempat satu ketempat yang lain hingga jauh sekali, maka unsure-unsur kebudayaan yang mereka bawa juga di difusikan hingga jauh sekali.penyebaran unsure-unsur kebudayaan dapat juga terjadi tanpa adanya perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa dari satu tempat ke tempat lain, tetapi disebabkan adanya individu-individu tertentu yang membawa unsure-unsur kebudayaan itu hingga jauh sekali. Mereka terutama pegang dan pelaut. Pada zaman penyebaran agama agama-agama besar, para pendeta agama Buddha, para pendeta agama Nasrani, dan kaum muslimin mendifusika berbagai unsur dari kebudayaan-kebudayaan dari mana mereka berasal, sampai jauh sekali. Terutama ilmu sejarahlah yang telah banyak memperhatikan cara penyebaran dari unsure-unsur kebudayaan oleh individu-individu tersebut.
Bentuk-bentuk difusi yang lain dan terutama mendapat perhatian ilmu antroopologi, adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang berdasarkan pertemuan-pertemuan antara idividu-individu dalam suatu kelompok manusia dengan individu-individu kelompok-kelompok teangga. Pertemuan-pertemuan antara kelompok-kelompok semacam tu dapat berlangsung dengan berbagai cara.
Teori Divusi
Reviewed by Admin
on
24.1.11
Rating:
No comments:
silahkan diberi komentar