Petani adalah mahluk manusia dan manusia adalah mahluk sosial yang dalam kehidupannya tidak dapat lepas dari manusia lain. Petani juga memiliki keluarga, Dahulu sebagian besar petani, anggota keluarganya juga ikut bertani meski bukan pekerjaan utamanya. Antara petani dan keluarganya tersebut memiliki suatu pola hubungan yang saling mendukung. Hubungan yang saling mendukung tersebut yang membuat keluarga petani hidup dengan tentram. Pola hubungan yang saling mendukung seperti ini dari tahun ke tahun sudah mulai berkurang kadarnya. Dapat dilihat saat ini petani mudah drop/menyerah/strees menghadapi kesulitan hidup. Keluarga yang seharusnya mendukung lebih fokus kepada pekerjaan mereka “mulai ada sikap antipati” . Hal tersebut terjadi biasanya karena 2 faktor yaitu tidak terjadi / tidak adanya kontak sosial dan interaksi sosial.
Di desa – desa para petani menjunjung tinggi rasa persaudaraan. Itu terbukti dengan semangat gotong royong yang kuat, pembuatan rumah yang tidak perlu menyewa tukang bangunan, penanaman padi yang dilakukan secara beramai – ramai, panen yang juga dilakukan secara beramai – ramai, bila ada hajatan “terdengar suara sound yang keras” mereka langsung berbondong – bondong mengungkapkan rasa simpati mereka. Hubungan antara petani satu dan yang lain sangat harmonis. Masalah memang ada dalam masyarakat pertanian, sebagai contoh saat petani kesulitan air dimusim kemarau mereka berebut mendapatkan jatah air, pertikaian antar kampung lantaran rasa solidaritas tinggi tanpa dibarengi logika, dll.
Interaksi lain yang membuat pola hubungan social adalah antara petani dengan pedagang. Petani memperoleh benih, bibit, pembasmi hama, dan alat pertanian dari pedagang. Pedagang memperoleh untung dari transaksi dengan petani. Antara petani dengan pedagang memiliki pola hubungan yang saling bergantung karena petani tidak memiliki waktu dan transportasi yang memadahi untuk membeli ke kota, pedagangpun tidak dapat menjual barangnya bila petani membeli sendiri kebutuhannya.
Petani juga biasa menjual hasil panennya kepada pedagang atau biasa disebut tengkulak. Hubungan antara petani dan tengkulak sudah wajar dan normal dilakukan di desa – desa. Petani tidak ingin repot – repot menjemur dan menggiling padi. Mereka lebih suka langsung menujualnya dan uangnya mereka belikan beras di pasar.
Pola hubungan tersebut menciptakan suatu pekerjaan baru yaitu buruh jemur yang banyak terdapat di penggilingan padi. Hubungan antara tengkulak denga petani sebenarnya tidak terlalu kejam seperti yang ada di media massa. Petani membutuhkan tengkulak demikian pula tengkulak membutuhkan petani.
Petani memiliki hubungan yang sangat luas dengan masyarakat sekitarnya. Hubungan tersebut terjadi karena petani sebagai pekerja, sebagai manajer, dan juga sebagai warga masyarakat. Petani berhubungan dengan sesama petani, dengan pedagang, dengan masyarakat sekitar, dengan kelompok tani, dll.
Di desa – desa para petani menjunjung tinggi rasa persaudaraan. Itu terbukti dengan semangat gotong royong yang kuat, pembuatan rumah yang tidak perlu menyewa tukang bangunan, penanaman padi yang dilakukan secara beramai – ramai, panen yang juga dilakukan secara beramai – ramai, bila ada hajatan “terdengar suara sound yang keras” mereka langsung berbondong – bondong mengungkapkan rasa simpati mereka. Hubungan antara petani satu dan yang lain sangat harmonis. Masalah memang ada dalam masyarakat pertanian, sebagai contoh saat petani kesulitan air dimusim kemarau mereka berebut mendapatkan jatah air, pertikaian antar kampung lantaran rasa solidaritas tinggi tanpa dibarengi logika, dll.
Interaksi lain yang membuat pola hubungan social adalah antara petani dengan pedagang. Petani memperoleh benih, bibit, pembasmi hama, dan alat pertanian dari pedagang. Pedagang memperoleh untung dari transaksi dengan petani. Antara petani dengan pedagang memiliki pola hubungan yang saling bergantung karena petani tidak memiliki waktu dan transportasi yang memadahi untuk membeli ke kota, pedagangpun tidak dapat menjual barangnya bila petani membeli sendiri kebutuhannya.
Petani juga biasa menjual hasil panennya kepada pedagang atau biasa disebut tengkulak. Hubungan antara petani dan tengkulak sudah wajar dan normal dilakukan di desa – desa. Petani tidak ingin repot – repot menjemur dan menggiling padi. Mereka lebih suka langsung menujualnya dan uangnya mereka belikan beras di pasar.
Pola hubungan tersebut menciptakan suatu pekerjaan baru yaitu buruh jemur yang banyak terdapat di penggilingan padi. Hubungan antara tengkulak denga petani sebenarnya tidak terlalu kejam seperti yang ada di media massa. Petani membutuhkan tengkulak demikian pula tengkulak membutuhkan petani.
Petani memiliki hubungan yang sangat luas dengan masyarakat sekitarnya. Hubungan tersebut terjadi karena petani sebagai pekerja, sebagai manajer, dan juga sebagai warga masyarakat. Petani berhubungan dengan sesama petani, dengan pedagang, dengan masyarakat sekitar, dengan kelompok tani, dll.
Petani dalam Hubungannya Dengan MAsyarakat (part 2)
Reviewed by Admin
on
29.10.11
Rating:
No comments:
silahkan diberi komentar